Melanjutkan cerita dari blog sebelumnya, saya ingin
menceritakan kisah dibalik pengalaman saya selama saya belajar di sekolah yang
mayoritas perempuan. Mungkin sudah banyak yang mengira bahwa jika di dalam
suatu lingkungan terdapat banyak perempuan, maka disitu akan ada persahabatan
, penuh dengan gosip, dan sedikit membosankan. Saya merasa tidak membosankan
pada awalnya. Seperti mempunyai banyak teman yang senasib, sehati dan mengerti
saya. Karena perempuan memiliki sifat yang lebih sensitif dibanding pria,
tentu saja banyak diantara kami yang saling bersahabat satu sama lain. Namun
setelah tahun pertama, saya merasakan aura persaingan. Bukan hanya persaingan
dalam nilai, tapi juga dalam fisik. Saya hanya menerangkan global saja, karena
tentu saja ada orang yang acuh tak acuh dengan semua kondisi sekolah. Ada yang
tidak ingin kalah penampilan dari adik kelas ataupun kakak kelas, ada yang
bersaing untuk mendapatkan kakak kelas laki-laki yang ganteng, atau bahkan guru
yang masih lajang pun jadi mangsanya.
Ya begitulah masa-masa penuh persaingan cinta di masa
sekolah. Kalau bisa dikatakan perempuan nya seperti tergila-gila dengan pacaran karena
memang hanya bisa melihat sedikit laki-laki di sekolah. Sampai-sampai penjual
dagangan di sekolah maupun yang diluar sekolah pun jadi rebutan. Ini jadi
pengalaman berharga tentunya di masa dewasa saya sekarang.
Tapi ada satu hal yang
sedikit menjadi pikiran. Saya menggambarkan orang-orang yang menyukai sesama
jenis bisa jadi awalnya dikarenakan tidak ada nya teman lawan jenis di sekolah.
Mungkin saja kan? Soalnya, saya melihat beberapa teman sekolah pun jadi korban
penyakit ini. Misalkan perempuan ,dikarenakan sering bergaul dengan sesama
jenis , merasa saling mengerti dan melengkapi, dan pernah disakiti oleh pria,
bisa jadi mereka lebih memilih yang sudah pasti akan selalu dekat dan memahami
mereka. Karena menurut saya, penyakit ini adalah pilihan hidup bukan takdir.
Jadi yang harus diperbaiki adalah akhlak setiap manusia nya agar tidak
terjerumus kedalam hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Saya sebenarnya tidak terlalu mengkritik orang-orang seperti itu. Tidak peduli karena memang itu pilihan setiap orang. Jadi saya dapat berteman dengan siapa saja asal tidak merugikan. Toh pahala dan dosa ditanggung pribadi masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar